Sebagai bahasa pemersatu, bahasa Indonesia tentu saja sangat berperan dalam dunia
jurnalistik. Bayangkan kalau setiap media massa menggunakan bahasa daerah lengkap dialek masingmasing. Namun demikian, untuk memperkaya khasanah bahasa dan untuk tetap menghidupkan bahasa daerah, banyak media massa yang memuat rubrik tertentu dengan menggunakan bahasa daerah,
bahkan media massa televisi pun mulai membuat acara khusus dengan menggunakan bahasa daerah
sebagai bahasa pengantarnya.
Bahasa Indonesia juga berperan menjembatani ketidaktahuan atau kekurang-pahaman
masyarakat Indonesia akan bahasa asing dalam media massa di Indonesia. Apa jadinya kalau kalau
semua berita, film, atau siaran dari mancanegara disajikan atau ditayangkan begitu saja tanpa
pengantar bahasa indonesia oleh media massa kepada masyarakat Indonesia.
Sebagai tambahan, kiranya perlu saya sampaikan di sini, bahwa bahasa jurnalistik adalah
sebuah laras bahasa, yaitu bahasa yang digunakan oleh kelompok profesi atau kegiatan dalam bidang
tertentu. Selain laras bahasa jurnalistik, juga ada laras bahasa sastra, ekonomi, dan keagamaan.
Sebagai sebuah laras bahasa yang tak dapat berdiri sendiri, bahasa jurnalistik harus bersandar
pada ragam bahasa, yakni ragam bahasa baku, karena hanya bahasa bakulah yang pemakaiannya luas
dan memiliki ciri kecendekiaan. Itulah sebabnya, bahasa jurnalistik wajib memelihara bahasa
Indonesia.
Ragam bahasa baku ingin menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa modern yang setara
dengan bahasa lain di dunia, sedangkan laras bahasa jurnalistik memerlukan pengungkapan diri secara
modern
Tidak ada komentar:
Posting Komentar